Mengembangkan sebuah startup atau bisnis merupakan tantangan yang panjang. Diperlukan visi jangka panjang untuk mencapai kesuksesan. Ketika startup sudah mencapai titik sukses yang diinginkan, ada kalanya owner atau investor harus keluar dari bisnis tersebut. Langkah ini biasa disebut dengan exit strategy.
Anda tentu tidak akan mengelola bisnis selamanya, bukan? Ada di suatu saat, Anda akan menyerahkan, menjual seluruh perusahaan atau sebagian saham perusahaan kepada orang yang berkompeten. Sehingga, Anda dapat menikmati masa tua atau masa pensiun tanpa khawatir dengan keberlanjutan bisnis yang sudah dibangun.
Exit strategy startup akan memandu para owner atau investor keluar dari bisnis mereka setelah mencapai tujuan tertentu.
Lalu, bagaimana cara merancang exit strategy yang tepat? Apa saja pertimbangan ketika melakukan exit strategy?
Di artikel ini, akan memandu Anda untuk memahami apa itu exit strategy. Simak sampai habis, ya!
Apa Itu Exit Strategy?
Exit strategy adalah rencana strategis yang dilakukan pengusaha untuk menjual kepemilikan perusahaan kepada investor atau perusahaan lain. Anda akan menjual saham mayoritas perusahaan atau menjual keseluruhan perusahaan tersebut.
Exit strategy merupakan cara pengusaha untuk melakukan likuidasi bisnis. Jika bisnis berhasil, exit strategy akan memberikan keuntungan yang besar. Sebaliknya, jika bisnis gagal, exit strategy membantu pengusaha menyelamatkan bisnis dan mencegah kerugian lebih besar.
Jika Anda berniat menjual mayoritas saham, exit strategy juga dapat digunakan untuk mendapatkan dana tambahan dari investor.
Ada berbagai jenis exit strategy yang dapat Anda pilih. Sebelum memilih, Anda harus menentukan tingkat otoritas atau kontrol atas perusahaan ketika exit strategy dilakukan. Apakah Anda ingin melepas sebagian kontrol atau melepas sepenuhnya dan menyerahkan kontrol bisnis kepada pemilik baru?
Agar exit strategy berjalan lancar, Anda harus menentukan valuasi perusahaan. Anda dapat menggunakan auditor untuk memeriksa keuangan dan nilai perusahaan yang layak untuk ditawarkan kepada pembeli.
Pertimbangan Perusahaan Melakukan Exit Strategy
Pada dasarnya, setiap perusahaan mempunyai pertimbangan yang berbeda ketika melakukan exit strategy.
Beberapa alasan perusahaan melakukan exit strategy adalah:
1. Bisnis telah berada di posisi yang baik
Ketika perusahaan telah mencapai posisi yang baik, seperti produk terkenal, penjualan konsisten tinggi, pelanggan menyukai produknya, pengusahaa akan menerima jika ada yang menginginkan membeli dengan harga yang tinggi.
2. Bisnis bertujuan ke tahap yang lebih besar
Pengusaha sudah merencanakan pengembangan bisnis dengan baik, dan semua berjalan sesuai rencana. Namun, datang sebuah proposal rencana yang akan lebih mengembangkan bisnis Anda, dan Anda tertarik dengan rencana tersebut.
Kemudian Anda menyerahkan perusahaan yang sudah dibangun kepada pembeli yang mempunyai rencana lebih cemerlang untuk bisnis. Anda menyerahkan kendali bisnis kepada seseorang atau pembeli yang lebih kompeten untuk membawa perusahaan ke tahap baru.
3. Alasan pribadi yang mengganggu
Menjalankan bisnis memerlukan totalitas waktu dan energi. Alasan pribadi, seperti keluarga, kesehatan, dan masalah pribadi lainnya tentu akan mengganggu operasional bisnis.
Jika Anda mengalami masalah pribadi yang tidak dapat diselesaikan dalam waktu singkat, exit strategy dapat dijadikan pilihan agar bisnis tetap berjalan.
5. Bisnis sedang dalam keadaan stagnan
Bisnis yang stagnan akan sulit untuk berkembang lebih jauh. Bisnis stagnan bisa disebabkan karena kekurangan dana untuk berkembang atau karena minim inovasi.
Jika disebabkan kekurangan modal, exit strategy akan membantu Anda mendapat dana tambahan dari investor. Sedangkan jika disebabkan minim inovasi, exit strategy dapat membantu bisnis lebih berkembang dengan menyerahkan kepada orang yang lebih berkompeten.
6. Perusahaan rugi atau tidak berhasil
Jika bisnis tidak berhasil atau terlalu banyak merugi, exit strategy dapat menjadi pilihan yang baik. Pembeli akan melakukan restrukturisasi ata perbaikan bisnis untuk menghentikan kerugian.
7. Exit strategy memang sudah direncanakan
Alasan terakhir adalah exit strategy memang sudah direncanakan sejak awal. Anda mungkin ingin pensiun dari bisnis yang telah Anda bangun dan menjual atau mengalihkan kepada keluarga, investor, atau perusahaan lain suatu saat.
Jenis Exit Strategy yang Dilakukan Perusahaan
Jenis exit strategy apa yang sebaiknya dilakukan? Anda dapat memilih exit strategy sesuai dengan jenis dan valuasi perusahaan.
Exit strategy bisnis yang dimiliki owner tunggal tentu berbeda dengan bisnis yang mempunyai beberapa owner atau bisnis yang sahamnya dimiliki beberapa investor.
Namun, dalam dunia bisnis, ada lima jenis exit strategy yang biasa dilakukan perusahaan. Berikut adalah penjelasannya:
1. Merger & Akuisisi
Merger adalah salah satu jenis exit strategy di mana dua perusahaan bergabung untuk membentuk kekuatan bisnis baru. Merger membuat Anda menyatukan aset perusahaan, operasi, dan manajemen untuk menciptakan entitas yang lebih besar dan lebih kuat.
Akuisisi adalah ketika satu perusahaan mengakuisisi kepemilikan mayoritas atau seluruh saham perusahaan lain. Dalam akuisisi, perusahaan yang mengakuisisi dapat mengambil alih kendali penuh atas perusahaan yang diakuisisi.
Merger dan akuisisi dapat memberikan manfaat seperti skala yang lebih besar, efisiensi operasional, akses ke pasar baru, dan diversifikasi. Namun, mereka juga harus dievaluasi dengan cermat untuk memastikan kesesuaian dengan tujuan bisnis, strategi, dan kepentingan semua pihak yang terlibat.
2. Initial Public Offering
Initial Public Offering (IPO) adalah jenis exit strategy di mana perusahaan swasta pertama kali menawarkan sahamnya kepada publik untuk diperdagangkan di bursa saham. Melalui IPO, Anda mendapatkan dana dengan menjual sebagian kepemilikan saham kepada investor umum. Ini memungkinkan pemilik dan investor awal untuk mengambil keuntungan dari investasi mereka.
IPO juga memberikan likuiditas kepada pemegang saham, karena saham dapat diperdagangkan di pasar terbuka. Proses IPO melibatkan pemeriksaan menyeluruh atas kinerja dan prospek perusahaan oleh otoritas pasar modal dan potensial investor.
IPO memberikan Anda dana baru untuk pertumbuhan dan ekspansi, serta meningkatkan profil perusahaan. Namun, IPO juga melibatkan biaya, kewajiban pelaporan yang ketat, dan pemisahan kendali dari pemegang saham awal. Keberhasilan IPO sangat bergantung pada kondisi pasar, kinerja perusahaan, dan strategi yang matang.
3. Likuidasi
Di teori exit strategy, likuidasi adalah strategi perusahaan mengakhiri operasionalnya secara menyeluruh dengan menjual semua aset bisnis. Hasil penjualan ini akan digunakan untuk membayar hutang-jika ada—atau membagikan sisa dana kepada pemegang saham atau pemilik.
Likuidasi adalah cara sederhana untuk melaksanakan exit strategy. Proses likuidasi dimulai dengan penilaian aset, penjualan aset yang memungkinkan termasuk property, dan kekayaan intelektual.
Sayangnya, jika Anda memilih likuidasi untuk exit strategy, ini akan merusak reputasi Anda sebagai pebisnis. Likuidasi sering dianggap merusak reputasi perusahaan karena mengindikasikan kegagalan atau kesulitan yang serius. Ketika sebuah perusahaan memutuskan untuk likuidasi, ini dapat diartikan bahwa bisnis tidak lagi berkelanjutan atau tidak mampu mempertahankan operasinya.
4. Management and Employee Buyouts
Management and Employee Buyouts (MBO/ EBO) adalah bentuk exit strategy ketika manajemen perusahaan atau karyawan membeli mayoritas atau seluruh saham perusahaan dari pemilik atau investor eksternal.
Dalam MBO, tim manajemen yang ada mengambil alih kendali penuh atas bisnis. Sedangkan dalam EBO, karyawan secara kolektif memiliki saham dalam perusahaan tempat mereka bekerja.Tujuannya adalah memberikan kesempatan kepada mereka yang sudah terlibat dalam operasi harian untuk menjadi pemilik dan mendorong ikatan yang lebih kuat dengan kesuksesan perusahaan.
5. Warisan
Warisan dalam konteks exit strategy adalah menyerahkan operasional bisnis kepada keluarga. Anda sudah membangun bisnis dalam waktu yang lama, mungkin saja puluhan tahun. Karena merasa “terikat” dengan historis perusahaan, Anda tidak ingin menyerahkan bisnis kepada orang yang tidak dikenal, sehingga memilih keluarga untuk melanjutkannya.
Biasanya, ketika Anda memilih mewariskan sebagai exit strategy, Anda akan menyerahkan bisnis kepada pasangan, anak, atau saudara. Tujuannya, agar terciptanya fondasi yang kuat untuk bisnis dapat berjalan dan berkembang dalam jangka panjang setelah Anda tidak terlibat lagi dalam bisnis.
Dalam dunia bisnis yang dinamis, exit strategy adalah bagian penting dari perencanaan yang tidak boleh diabaikan. Keputusan tentang bagaimana keluar dari bisnis dapat memiliki dampak jangka panjang terhadap pemilik, investor, karyawan, dan bahkan industri secara keseluruhan.
Dengan mempertimbangkan tujuan bisnis, perkembangan pasar, dan nilai-nilai perusahaan, pemilik start-up dapat merancang exit strategy yang cerdas dan berkelanjutan untuk mencapai keberhasilan jangka panjang.
Itu dia penjelasan mengenai exit strategy. Cara ini dapat diterapkan untuk startup ataupun bisnis lainnya.
Yuk, kunjungi Blog untuk menambah wawasan Anda. Di Blog , Anda akan mendapatkan wawasan baru tentang bisnis, startup, pengelolaan karyawan, dan tema lain yang penting untuk bisnis Anda.
Hai semua, saya Emilia S.M, seorang praktisi sumber daya manusia yang passionate dan berpengalaman. Saya percaya bahwa sumber daya manusia adalah aset terpenting dalam setiap organisasi, dan itulah mengapa saya berkomitmen untuk membantu membangun lingkungan kerja yang inklusif dan berdaya guna.