Anda pasti tidak asing dengan bahasa gaul satu ini, ya benar FOMO. Fear of missing out sendiri dapat dialami semua manusia dalam berbagai situasi.
FOMO seringkali dibahas berkaitan dengan psikologi manusia. Lalu apa itu FOMO dan apakah FOMO ini dapat mengganggu produktivitas seseorang?
Pengertian FOMO (Fear of missing out)
Fomo erat kaitannya dengan Gen Z karena generasi ini dianggap sangat dekat dengan gadget dan hal-hal yang berkaitan dengan dunia maya.
FOMO atau fear of missing out adalah suatu respon emosional yang dirasakan oleh seseorang yang merasa takut tertinggal dari sesuatu yang sedang terjadi.
Misalnya sedang ada makanan yang sedang hype saat ini, Anda memaksa diri untuk membeli makanan tersebut karena takut dianggap ketinggalan zaman.
Kasus lainnya yang banyak terjadi, ketika rekan kerja Anda menekuni bidang baru seperti data scientist, Anda juga ikut mengambil pelatihan tersebut.
Sejarah fear of missing out (FOMO)
Istilah ini pertama kali dipelajari pada 1996 oleh ahli strategi pemasaran yaitu Dr. Dan Herman. Kemudian pada 2004, mahasiswa MBA Harvard bernama Patrick McGinnis menerbitkan sebuah artikel di surat kabar mahasiswa Harvard Business School, The Harbus berjudul “Social Theory at HBS: McGinnis’s Two FOs.”
Mulanya MCGinnis menyebut istilah tersebut dengan sebutan FOBO (fear of better option). Ia menyadari bahwa rekan-rekan mereka kesulitan untuk membuat rencana dan MCGinnis bersama dengan teman-temannya mengaitkan hal ini dengan kesadaran akan kebutuhan untuk hidup.
Perasaan takut tertinggal dapat mempengaruhi otak yang menimbulkan kecemasan. Otak akan menangkap sinyal dengan mengaktifkan respon “fight or flight.”
“Otak dapat merasakan bahaya, dalam hal ini yaitu ancaman sosial yang dapat membuat anda waspada. Sistem saraf ini yang membuat Anda menjadi tidak nyaman dan gelisah,” kata Dr. Dattilo mengutip Forbes.
FOMO juga dikaitkan dengan masalah kesehatan mental. Pasalnya, mengalami FOMO dapat dikaitkan dengan depresi, merasa lebih stres dan penurunan kepuasan hidup.
Fear of missing out tidak hanya berdampak pada kehidupan sosial, melainkan juga karir Anda. Biasanya FOMO sangat dekat dengan sebuah tren, tetapi ada juga FOMO karir yang berkaitan dengan jenjang karir Anda.
Takut tertinggal akan suatu hal membuat Anda mengabaikan kesehatan mental. Anda terus mengejar informasi perihal pekerjaan, sehingga tidak ada waktu untuk beristirahat.
Di dalam pekerjaan Anda selalu ingin menjadi orang yang up to date perihal tugas kerja, lowongan pekerjaan, hingga kesempatan promosi.
Wajar saja apabila Anda khawatir pada masa depan, tetapi jika terlalu FOMO dalam pekerjaan maka tidak akan baik akhirnya.
Mengapa orang bisa FOMO?
Faktor yang menyebabkan seseorang mengalami FOMO yaitu kondisi kesehatan mental seseorang. Mereka yang egonya tidak terkendali, masalah identitas, dan kodependensi, serta rasa tidak aman yang besar lebih rentan terhadap fenomena takut ketinggalan. Kurangnya kepuasan dengan hidup seseorang juga dapat menimbulkan perasaan ini.
Dalam wawancaranya dengan Discover Magazine, Tracey Zielinski seorang psikolog klinis dan penulis Get it Together Forever, menjelaskan “Ketika seseorang tidak puas dengan hidupnya, mereka berisiko mengembangkan fenomena FOMO, sebab mereka dengan asal mencari cara untuk membuat hidup lebih memuaskan.”
Mencari kepuasan instan dapat memicu fenomena takut ketinggalan. Sementara itu, untuk mencapai kepuasan membutuhkan yang namanya kerja keras terutama bagi mereka yang menghadapi trauma yang signifikan.
Sementara Simply Psychology menerangkan rasa takut ketinggalan dihasilkan oleh amigdala yakni bagian otak yang mendeteksi sesuatu apakah merupakan ancaman bagi seseorang atau tidak.
Bagian otak ini merasakan ancaman, kemudian menciptakan stres dan kecemasan. Apabila seseorang sangat sensitif terhadap ancaman ‘lingkungan’ maka lebih tinggi risiko mengalami FOMO.
Parahnya, perkembangan media sosial juga memperburuk risiko, sebab seseorang lebih mudah membandingkan kehidupan yang dilihat di sosial media dengan kehidupan dirinya di dunia nyata.
Dampak FOMO bagi keseharian dan karir
Fear of missing out dapat mengakibatkan seseorang merasa cemas dan gelisah yang parah. Meskipun mengganggu, FOMO bukanlah kondisi kesehatan mental, melainkan emosi yang digerakkan oleh pikiran.
Pikiran menciptakan ketakutan yang dapat mengarah pada diagnosis. Oleh karena itu, FOMO bisa menjadi gejala dari masalah yang lebih besar.
FOMO dapat membawa dampak negatif dalam kehidupan sehari-hari. Berikut dampak negatif yang disebabkannya:
1. Mempengaruhi rasa kepercayaan diri
Takut ketinggalan dapat membuat rasa kepercayaan diri menurun. Akibatnya Anda jadi sering membandingkan kehidupan diri sendiri dengan orang lain.
Terutama dengan kehidupan yang dilihat di sosial media. Anda menganggap kehidupan orang lain lebih bahagia dan sempurna dibandingkan kehidupan diri sendiri.
2. Timbulnya perasaan negatif
FOMO dapat membuat seseorang kesepian, kurang percaya diri dan cemas. Kondisi ini berdampak buruk bagi diri sendiri. Apalagi bagi yang sering melihat unggahan foto atau video yang dapat membuat diri merasa iri.
3. Berpengaruh terhadap kualitas tidur
Fomo dapat mengganggu kebiasaan tidur. Kurangnya kualitas tidur atau jam tidur akan menyebabkan Anda terbangun dengan kondisi tubuh lelah dan sering mengantuk pada siang hari.
Efek gangguan tidur tidak hanya itu, Anda juga akan lebih berisiko terkena berbagai penyakit. Insomnia berkepanjangan turut mempengaruhi performa di tempat kerja dan jadi kurang fokus.
4. Merasa tidak puas
Takut ketinggalan membuat diri sendiri merasa tidak puas dengan apa yang sudah didapatkan.
Anda merasa telah melewatkan pengalaman yang lebih baik dan tidak menikmati hidup Anda saat ini. Ini dapat mempengaruhi kualitas hidup dan membuat diri sendiri tidak bahagia.
Dalam dunia pekerjaan, syndrom FOMO ini dapat mengganggu kinerja dan produktivitas Anda. Lalu selain itu apa saja pengaruhnya?
5. Mengganggu kesehatan fisik dan mental
Syndrom FOMO dapat mempengaruhi kesehatan fisik dan mental seseorang. Gangguan ini dapat membuat Anda mengalami gejala insomnia hingga stress berat atau depresi.
Waktu tidur yang kurang dapat menurunkan kesehatan seseorang, misal imunitas melemah jadi rentan terkena penyakit. Hal ini akan berdampak pada tanggung jawab dan tugas Anda di kantor.
6. Hubungan dengan rekan kerja jadi terganggu
Selain mengganggu kesehatan fisik dan mental, FOMO dapat mempengaruhi hubungan sosial Anda. FOMO bisa membuat Anda iri atas pencapaian rekan kerja di kantor.
Hal ini yang menyebabkan Anda menghalalkan segala cara agar dapat setara dengan rekan kerja tersebut. Tidak penting itu lewat cara yang bersih maupun kotor.
Keadaan inilah yang membuat orang-orang di lingkup pekerjaan tidak nyaman dengan sikap Anda yang menggebu-gebu. Karenanya FOMO dapat merusak hubungan sosial.
7. Lambatnya pencapaian target kerja
Aktivitas Anda yang sering berselancar di sosial media dan tidak ingin ketinggalan satu informasi apapun dapat membuat Anda mengesampingkan pekerjaan utama. Hal ini yang membuat produktivitas kerja menurun dan menghambat target yang telah ditetapkan.
8. Mengganggu konsentrasi
Penyebab paling umum seseorang sulit konsentrasi adalah karena stres atau kecemasan. FOMO dapat mengganggu konsentrasi seseorang dan membuat mereka sulit untuk fokus pada tugas yang sedang dilakukan.
9. Tidak berkembang
Ketika Anda sedang menekuni satu bidang, lalu muncul trend pekerjaan baru dan semua orang beramai-ramai menekuni pekerjaan tersebut. Biasanya, muncul dorongan untuk melakukan hal yang sama, terlebih jika pekerjaan itu memiliki prospek yang lebih baik.
Apabila tidak mampu menahan diri dan selalu takut ketinggalan, Anda akan menghabiskan waktu dan karier Anda tidak akan berkembang alias stuck.
Alasannya, karena Anda mudah berpaling untuk mempelajari hampir semua hal yang sedang trend daripada fokus pada satu bidang.
Cara Mengatasi FOMO
Kemudahan akses informasi dan perkembangan sosial media menjadi alasan banyak kaula muda terkena FOMO. Namun, jangan khawatir ada cara untuk mengatasi rasa takut ketinggalan, yaitu:
1. Melakukan detoksifikasi digital
Media sosial merupakan penyebab utama dari rasa takut ketinggalan, maka dari itu detoksifikasi dari media sosial dan gadget dapat membantu Anda untuk menyegarkan hubungan dengan diri sendiri dan dengan hal hal yang anda sukai.
Hal ini karena semakin sering bermain sosial media, semakin besar kemungkinannya Anda keracunan atas apa yang anda lihat. Akan selalu ada kecenderungan dalam diri yang mana tidak pernah merasa puas akan apa yang anda miliki.
2. Berlatih Mindfulness
Meditasi dan yoga merupakan latihan mindfulness yang sangat bagus untuk mengembangkan rasa tenang. Menenangkan pikiran dan memusatkan perhatian pada pernapasan Anda dapat meningkatkan kesadaran diri sendiri bahwa apapun yang saat ini menyebabkan FOMO mungkin tidak sebanding dengan energi atau waktu Anda.
3. Melakukan hal yang disukai dan menggali potensi diri
Anda dapat melakukan hobi untuk mengenali diri sendiri atau apapun yang disukai. Dengan fokus pada apa yang Anda sukai maka Anda akan menjadi salah satu sosok yang paling bahagia dalam hidup Anda. Karena waktu tidak bisa mundur kembali, Anda harus terus berjalan dan jangan sampai menyesal.
4. Journaling
Membuat jurnal dapat membantu Anda mengidentifikasi apa yang memicu rasa takut ketinggalan dalam diri. Melalui journaling Anda bebas menuangkan ide-iide yang ada di pikiran atau mengenai perasaan Anda pada sebuah kertas.
Dengan menuangkan gagasan dan perasaan, Anda dapat mengeksplorasi perasaan sendiri yang bisa dijadikan sebagai bahan evaluasi diri.
Menurut Dr. James Pennebaker, menuangkan perasaan dan pemikiran kita di buku agenda dapat mengurangi rasa cemas berlebih, rasa depresi bahkan dapat meningkatkan kualitas hubungan sosial.
5. Mengubah konten yang biasa dilihat
Anda dapat mengubah konten yang biasa Anda lihat di sosial media. Karena konten itulah yang menjadi sumber utama kenapa Anda dapat terjebak dalam suatu tren.
6. Memulai dari awal
Cara terakhir mengatasi takut ketinggalan adalah merencanakan ulang tujuan Anda. Coba luangkan waktu dan tanyakan pada diri sendiri, apa yang ingin dicapai serta pekerjaan seperti apa yang didambakan?
Setelah itu, lakukan riset apakah pekerjaan itu memiliki sesuai keahlian Anda dan memiliki prospek yang bagus di masa mendatang?
Atau jika Anda ingin switch career, mulailah riset tentang pekerjaan tersebut, tugas, skill, hingga persyaratannya. Dari sini Anda bisa mengikuti pelatihan dan melamar pekerjaan impian.
Itulah definisi FOMO alias fenomena takut ketinggalan yang umum menyerang generasi milenial dan Gen Z. Apabila pekerjaan saat ini tidak sesuai dengan minat Anda, masih ada kesempatan untuk memperjuangkan pekerjaan impian Anda.
ika Anda sedang mencari lowongan pekerjaan, Anda dapat mengunduh Super App. Di sana Anda dapat memilih dan melamar pekerjaan yang Anda inginkan. Tunggu Apalagi? Unduh Super App sekarang juga!
Hai semua, saya Emilia S.M, seorang praktisi sumber daya manusia yang passionate dan berpengalaman. Saya percaya bahwa sumber daya manusia adalah aset terpenting dalam setiap organisasi, dan itulah mengapa saya berkomitmen untuk membantu membangun lingkungan kerja yang inklusif dan berdaya guna.