Employer Branding Strategy – Pada sesi X HRD kali ini, berkesempatan mewawancarai Ronald Faruly. Ronald bekerja di Human Resource Aruna dan bertugas di Recruitment & Employer Branding.
Ronald telah berkecimpung di bidang Human Resource sejak 2012, khususnya dalam bidang Recruitment, tidak hanya Recruitment, ia juga memiliki pengalamang di bagian Assessment dan Employer Branding. Saat ini ia bekerja di Aruna, berfokus dalam bidang Recruitment dan Employer Branding.
Apa itu Employer Branding?
Employer Branding merupakan salah satu komponen penting untuk merekrut karyawan potensial. Dengan Employer Branding yang jelas dan terencana dapat membantu menemukan kandidat yang tepat. Employer Branding juga dapat dibangun dari sisi internal dan eksternal. Di sisi internal, Employer Branding dapat dijadikan salah satu cara membangun keterikatan karyawan dengan perusahaan. Untuk sisi eksternal, dengan Employer Branding, kita bisa menarik calon kandidat potensial agar ia tertarik bergabung ke perusahaan, dan calon kandidat potensial ini akan memiliki bayangan bagaimana bekerja di perusahaan tersebut.
Sebagai contoh, untuk sisi internal Employer Branding, membuat kegiatan-kegiatan yang menumbuhkan Employee Engagement ke perusahaan, untuk sekarang di tengah pandemi, diadakan kegiatan webinar dengan topik bermacam-macam. Pembicara webinar tersebut dapat berasal dari karyawan sendiri ataupun praktisi dari luar, lalu ada Town Hall untuk update perkembangan perusahaan, juga ada kegiatan untuk merayakan hari-hari besar. Kegiatan-kegiatan macam ini telah menumbuhkan kedekatan antar pekerja, termasuk antara pekerja dengan para Founder. Kegiatan lainnya adalah dengan membuat acara yang memperhatikan kesehatan fisik, kesahatan mental, dan Financial Wellness. Hal terakhir adalah penggunaan penggilan akrab karyawan, semua karyawan dipanggil “nakama” kata bahasa Jepang yang artinya teman atau rekan. Kata “nakama” dipilih karena terinspirasi dari anime favorite dari Founder Aruna, yaitu One Piece. Hal-hal tersebut adalah kegiatan yang dilakukan agar menumbuhkan Engagement dari karyawan yang sudah bekerja.
Untuk sisi eksternal Employer Branding, di Aruna, ia mengkampanyekan Employer Branding dari sudut pandang HR untuk calon karyawan potensial. Tugas yang sering ia jalankan antara lain memperkenalkan Aruna ke kampus-kampus yang memiliki bidang studi ilmu perikanan dan kelautan, tak hanya itu, ia juga memperkenalkan Aruna ke kampus non ilmu perikanan. Hal ini dilakukan karena banyak pula posisi non perikanan di Aruna. Ia mengenalkan beberapa poin penting dalam bekerja di Aruna, seperti siap bekerja dengan budaya yang dinamis, cepat, dll. Tapi juga ada budaya kerja ala korporat yang diambil. Umumnya di startup target oriented, tapi di aruna juga diperhatikan hal-hal prosedural, hal ini karena Aruna terhubung dengan banyak pihak, baik dengan nelayan yang menjual hasil lautnya, dengan perusahaan lain, bahkan juga ada kerja sama dengan pemerintahan.
Secara garis besar, ia memberi contoh lagi tentang salah satu konsep Employer Branding disalah satu start up tempatnya dulu bekerja yang mengusung value “FUN”. Para karyawan startup pada umumnya menemui tekanan yang besar, sehingga diperlukan membuat kegiatan yang menyenangkan agar karyawan tidak stress.
Strategi Employer Branding.
Dalam Employer Branding, ada aspek-aspek penting yang terkerangka jelas agar pelaksaannya berjalan efektif. Kerangka tersebut antara lain :
- Target utama. Tentukan orang-orang apa saja yang menjadi target agar mereka tahu Aruna dan agar mereka tertarik kerja di Aruna.
- Menentukan pendekatan sesuai karakter target. Mengidentifikasi calon kandidat. Misalkan butuh orang-orang perikanan, ia akan mencari ke kampus yang punya studi perikanan, lalu melebar ke kampus yang tidak memiliki studi perikanan karena di dalam perusahaannya, ada posisi lain yang tidak berurusan dengan ilmu perikanan seperti akuntasi dan software engineering.
- Membangun Employee Value Preposition (EVP). EVP adalah nilai jual yang dikedepankan perusahaan. Ini adalah bagaimana membangun brand Aruna ke luar. Hal yang harus terjawab dari dari EVP antara lain “apa itu Aruna?”, “kenapa saya harus bekerja di Aruna?” lalu yang perlu diperhatikan di aspek ini yaitu berdasarkan pengalaman langsung karyawan, dan hasil bisa di nilai dari hasil survey kepuasan karyawan. Untuk Aruna sendiri, beberapa hal yang membedakan dengan perusahaan lain yaitu bekerja dengan memberikan dampak sosial bagi nelayan, kemudian jalur karir yang jelas, terbuka dalam menyampaikan ide baru, serta budaya kerja yang dinamis. Hal-hal tersebut yang dapat ditampilkan ke luar sebagai pembeda aruna dengan perusahaan lain.
- Menentukan media mana yang akan dipakai. Sebagai HR, ia menjadi pembicara di seminar kampus dan juga mengunakan sosmed. Kedua media ini dipilih karena sesuai dengan karakter perusahaan dan calon kandidat yang dicari. Candidate experience juga dimanfaatkan untuk Employer Branding. Testimoni dari karyawan yang bekerja dengan senang dapat dijadikan media pendukung Employer Branding.
- Mengukur kesuksesan Employer Branding. Di aspek ini akan diukur dan dievaluasi, pelaksaaan Employer Branding mana yang berhasil dan kurang berhasil. Untuk yang berhasil akan dipertahankan dan yang kurang berhasil akan ada tindakan untuk memperbaikinya.
Tantangan dalam Employer Branding.
Terdapat tantangan dalam pelaksanaan Employer Branding baik di sisi internal maupun eksternal. Tantangan terbesar adalah bagaimana caranya agar apa yang kita sampaikan di luar sesuai yang terjadi di internal perusahaan. Tantangannya adalah menjaga apa yang dikampanyekan ke masyarakat umum sesuai realitas di pekerjaan. Lalu bagaimana agar menjaga nama Aruna selalu teringat di masyarakat umum. Untuk mengatasi dengan tantangan-tantangan yang ada, penanggung jawab Employer Branding haruslah selalu kreatif.
Bagaimana Aruna membuat aturan yang tidak mengekang.
Dalam Employer Branding, Aruna yang merupakan startup memiliki budaya kerja yang terbilang fleksibel, tetapi ada juga beberapa hal yang mengikuti prosedural ketat. Dalam membuat aturan yang cukup baik tanpa mengekang karyawan, Aruna memiliki beberapa cara. Contohnya adalah karyawan baru diingatkan untuk siap dengan hal yang dinamis. Misalnya pekerja local heroes yang ditempatkan di titik kampung nelayan daerah tertentu. Ada jam kerja yang menjadi patokan tetapi local heroes juga harus bersiap bekerja dinamis, misalkan ada nelayan yang menjual hasil tangkapannya di hari sabtu, atau datang sebelum jam kerja. Dalam hal ini mereka dituntut untuk beradaptasi dengan lingkungan kerja masyarakat lokal.
Kunjungi Blog dan temukan berbagai artikel menarik lainnya terkait karir, dan pekerjaan. Upgrade wawasan Anda sekarang!
Hai semua, saya Emilia S.M, seorang praktisi sumber daya manusia yang passionate dan berpengalaman. Saya percaya bahwa sumber daya manusia adalah aset terpenting dalam setiap organisasi, dan itulah mengapa saya berkomitmen untuk membantu membangun lingkungan kerja yang inklusif dan berdaya guna.